Rebutlah
Gelar Wanita Sholehah
Pertama-tama adalah mesti engkau sadari,
bahwa sesungguhnya aku tak akan menilai kecantikan wajahmu dibalik jilbab yan
engkau kenakan, serta harta yang kau miliki sebagai daya tarik untuk
menikahimu. Tapi kecantikan hati, perilaku, serta ketaatanmu kepada Dienul
Islam itu yang utama. Memang hal ini sangat musykil di zaman yang telah
penuh dengan noda-noda hitam akibat perbuatan manusia, sehingga
wanita-wanitanya sudah tidak malu lagi untuk menjual kecantikannya dan
berlomba-lomba memperlihatkan aurat dengan sebebas-bebasnya demi memuaskan hawa
nafsu jahatnya. Namun itulah yang diajarkan Rasulullah SAW, kepada kita melalui
haditsnya :
“Janganlah engkau peristrikan wanita karena hartanya, sebab hartanya itu
menyebabkan mereka sombong. Dan jangan pula kamu peristrikan wanita karena
kecantikannya, karena boleh jadi kecantikannya itu dapat menghinakan dan
merendahkan martabat mereka sendiri. Namun peristrikan wanita atas dasar Diennya. Sesungguhnya budak hitam legam
kulitnya tetapi Dienya lebih baik, lebih patut kamu peristrikan“.[1]
Dan Allah pun tak akan melihat kebagusan
wajah dan bentuk jasadmu. Tapi Dia menilai hati dan amal yang kau lakukan.
Hendaknya engkau yakin bahwa wanita-wanita salafusshaleh adalah panutanmu, yang
telah mendapat bimbingan dari nabi Muhammad SAW.
Contohlah Ummu Khomsa yang tersenyum gembira
mendengar anak-anaknya gugur dalam medan pertempuran. Tentunya engkau heran,
mengapa seorang ibu seperti itu ? jawabnya adalah karena ia yakin bahwa jannah
telah menanti anaknya di akhirat, sedangkan engkau tahu, tak seorangpun yang
tidak menginginkan akhir hidup di tempat yang penuh kenikmatan itu. Katakanlah
kepada anak-anakmu kelak :
Janganlah engkau bimbang dan ragu wahai
anakku, kalau kamu syahid daripada sibuk mengumpulkan hartadan memburu pangkat.
Maka kalau kamu ingin termasuk ke dalam golongan-golongan pejuang ISLAM yang
benar-benar memperjuangkan hak Allah dan Rasul-Nya. Serahkan dirimu dan
ketaqwaan yang kuat dan tanamkan pula dalam hatimu iman serta keinginan untuk
menemuin-Nya secara syahid. Bayangkanlah bahwa jannah sedang menanti, bersama
para bidadari yang sedang berhias menanti kekasih-kekasihnya, yaitu kamu
sendiri. Seperti Firman Allah :
“Dan didalam Jannah itu ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana
mutiara yang tersimpan baik”[2]
Ajarkanlah pada anak-anak kita kelak, bahwa
hidup dalam ISLAM tidak berarti mencari kenikmatan semu di dunia ini sehingga
mereka bersenang-senang didalamnya dan lupa akan Akhirat. Padahal Rasulullah
mengajarkan “ Addunya mazra’atul akhiroh (Dunia adalah ladangnya akhirat). Jadi
dunia bukan tujuan akhir, tapi hanya sekedar jembatan untuk menuju kehidupan
akhirat yang lebih baik dan kekal sehingga mereka mengerti bahwa mencari
keridhoan Allah berarti pengorbanan yang terus menerus, Seperti Firman-Nya :
“ Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhoan Allah dan Allah maha penyantun kepada hamba-hambanya”.[3]
Akhirnya merekapun tahu bahwa jalan yang
mereka pilih itu tidak menjanjikan harta di dunia ini yang banyak, rumah mewah,
kendaraan yang banyak, atau kasur-kasur yang empuk, pangkat dan wanita, tapi
jalan mereka semua adalah jalan yang penuh dengan duri-duri cobaan serta seribu
datu macam tantangan. Karena Allah tidak akan memberi Jannah kepada kita dengan
harga yang murah.
Berdo’alah kepada-Nya agar engkau lahirkan
kelak dari rahimmu seorang anak pewaris perjuangan nabi-nabi-Nya yang
senantiasa mereka mendo’akan kita. Didiklah mereka agar taat dan berbuat baik
kepada kita serta tidak menyekutukan Allah, seperti yang diwasiatkan Luqman
kepada anak-anaknya (31:31). Fahamkan mereka bahwa pewaris perjuangan Rasul dan
Nabi bukanlah berarti mereka hanya menjadi pejuang di medan jihad, tapi juga
seorang abid (zuhud) di malam hari. Anak kita kelak adalah amanah dari-Nya oleh
sebab itu Allah akan murka seandainya kita menyia-nyiakannya. Pembentukan
pribadi anak itu sangat tergantung kepada kita yang mendidiknya. Apakah ia akan
menjadi orang yang beriman atau sebaliknya. Hendaklah engkau perhatikan makanan
untuk mereka, pergaulannya serta pilihkan pendidikan yang mereka ikuti.
Jadilah engkau seperti Siti Maryam yang dapat
mendidik Isa a.s. di tengah-tengah cemoohan dan cacian masyarakat. Atau Siti
Asiyah(istri fir'aun) yang dapat memupuk keimanan Musa a.s. di dalam istana
yang penuh dengan kedurhakaan dan kekufuran. Kemudian Masyitoh yang mampu
memantapkan hati anak-anaknya walaupun harus menghadapi air yang mendidih demi
kebenaran. Atau deperti Siti Khadijah R.ha. Aisyah R.ha, Sayidina Fatimah R.ha
yang membesarkan anak-anaknya di tengah-tengah kemiskinan.
Bila engkau telah memahami tugas terhadap
anak-anakmu dalam Islam, maka mudah-mudahan Allah akan memberkahi ktia dengan
memberikan anak-anak yang sholeh, yang bersedia mengorbankan nyawanya demi
mematuhi perintah Allah, seharusnyalah engkau faham juga bahwa dunia ini adalah
perhiasan dan sebaik baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.
Dan salah satu ciri yang harus engkau miliki
jika ingin menjadi wanita sholehah dan bersedia untuk taat terhadap suamimu
kelak seperti Firman-Nya dalam surat An-Nisaa :34 bahwa laki-laki adalah
pemimpin bagi wanita dan istri yang baik adalah mereka yang setia (taat) kepada
suami dan selalu memelihara kehormatannya selama suaminya tidak ada di rumah.[4]
Hendaklah engkau berbeda dengan wanita-wanita
saat ini yang banyak melalaikan suami dan anak-anaknya, mereka lebih sibuk
dengan karir, arisan, undangan, atau menyia-nyiakan uang dan waktu dengan
hal-hal yang tidak berguna, serta cenderung pamer wajah dan aurat kepada yang
bukan muhrimnya. Carilah ridha suami dengan cara-cara yang telah disyariatkan
Islam, karena Rasulullah telah bersabda :
“Wahai Siti Fatimah, kalau engkau mati dalam keadaan Ali tidak ridha
padamu, niscaya aku ayahandamu tidak akan menyolatkanmu“.
Jadilah engkau perhiasan yang tinggi nilainya
di dalam rumah tangga, sumber penyejuk dan kebahagiaan hati suami, berhiaslah
engkau untuk menyenangkan suami, jagalah hatinya agar engkau tak menyakiti dia.
Walaupun dengan hal-hal yang kecil. Katakan kepadaku jika akan berangkat
mencari nafkah:
“Wahai suamiku carilah rezeki yang halal disisi Allah, janganlah engkau
pulang membawa rezeki yang haram untuk kami. Kami rela berlapar dan hidup susah
dengan makanan yang halal.”[5]
Dan janganlah engkau cegah, jika aku hendak
meninggalkanmu berhari-hari karena memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.
Tabahlah seperti tabahnya Siti Hajar dan Ismail yang ditinggalkan Ibrahim a.s.
ditengah padang pasir yang tandus. Jika aku mengikuti jejak yasir, maka
ikutilah di belakangku sebagai sumayyah, bila kukatakan kepadamu “perjuangan
itu pahit” maka jawablah olehmu “Jannah itu Manis”
Sudah kiranya yang ingin aku sampaikan
padamu, hendaklah engkau pahami dan ikuti seperti yang telah aku tunjukkan
kepadamu tapi harus diingat bahwa engkau melakukannya karena Allah bukan karena
aku, semoga Allah meridhoi kita dan memberi kemudahan dalam mengikuti
petunjuknya, amin.
SIMPULAN
Dalam artikel ini dapat disimpulkan bahwa
Wanita yang solehah adalah wanita yang memahami keadaan didalam berkeluarga dan
menghargai setiap keputusan, apabila terjadi kesalah pahaman diantara keduanya
(suami_istri) hendaklah sang istri menyelesaikan dengan secara baik-baik.
Soeroang istri atau wanita hendaknya menjaga
kepercayaan suami, mendo’akan suami untuk kesuksesan mendukung suami dalam
pekerjaan, dan memethi perintah sekaligus menjaga kesetabilan keluarga yang
sesuai dengan syariat ajaran-ajaran agama islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurcholis Madjid___ Kehidupan Perumpamaan
Bumi dan Langit Jilid 2
Kafemuslilmah.com disunting oleh Ade Anita dalam Buku Fiqih
Kewanitaan.
narasumber: - DR Yusuf Qaradhawy, “FIQIH PUASA”, Penerbit: Era Intermedia
narasumber: - DR Yusuf Qaradhawy, “FIQIH PUASA”, Penerbit: Era Intermedia
- Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah,
“FIQIH WANITA”, penerbit: Pustaka Al Kautsar.
Robiah Al-adawiyah mhs FH Univ Sebelas Maret
(UNS), Pengurus FLP _____________ Soloraladawiyah@yahoo.com
http//www.azizbaglon@simlisit.com : posting kerukunan dalam berumah tangga
EmoticonEmoticon